I. KASUS
Sehabis
olah raga, Maimunah menelan tablet diazepam guna meringankan serangan kejang
kaki yang didertitanya. Namun karena fungsi hatinya kurang baik, dia justru
mengalami keracunan dengan gejala awal berupa mual, muntah, lemas dan keluar keringatberlebihan.
Sepuluh jam kemudian, Maimunah siap menjalani terapi di RS. Diketahui:
Profil kinetika diazepam : fa = 80%, t ½ absorbsi = 45 menit dan t ½ eliminasi = 3-4 jam
Sarana terapi antidot yang tersedia di rumah sakit : Penghambat absorpsi = bilas lambung, pemuntahan mekanis dan emetika. Penghambat distribusi = infus albumin, injeksi natrium bikarbonat. Pemercepat eliminasi = dialisis, injeksi fenobarbital. Suportif = oksigenasi, cairan elektrolit untuk melawan dehidrasi dan hipotensi,stimulan untuk melawan lemas. Bahas kasus tersebut dan simpulkan strategi terapi antidot yang paling sesuai bagi penanganan si Maimunah.
Diketahui :
Profil kinetika diazepam : fa = 80%, t ½ absorbsi = 45 menit dan t ½ eliminasi = 3-4 jam
Sarana terapi antidot yang tersedia di rumah sakit : Penghambat absorpsi = bilas lambung, pemuntahan mekanis dan emetika. Penghambat distribusi = infus albumin, injeksi natrium bikarbonat. Pemercepat eliminasi = dialisis, injeksi fenobarbital. Suportif = oksigenasi, cairan elektrolit untuk melawan dehidrasi dan hipotensi,stimulan untuk melawan lemas. Bahas kasus tersebut dan simpulkan strategi terapi antidot yang paling sesuai bagi penanganan si Maimunah.
Diketahui :
·
Profil
kinetika diazepam : fa = 80%, t ½ absorbsi = 45 menit dan t ½ eliminasi =
3-4 jam
·
Sarana
terapi antidot yang tersedia di rumah sakit
Penghambat absorpsi = bilas lambung,
pemuntahan mekanis dan emetika
Penghambat distribusi = infus
albumin, injeksi natrium bikarbonat
Pemercepat eliminasi = dialisis,
injeksi fenobarbital
Suportif = oksigenasi, cairan
elektrolit untuk melawan dehidrasi dan hipotensi,stimulan untuk melawan lemas
Bahas kasus
tersebut dan simpulkan strategi terapi antidot yang paling sesuai
bagipenanganan si Maimunah.
II. PROFILE DIAZEPAM
Diazepam
adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul
7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan
senyawa Kristal tidak berwarna atau
agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine
dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1. Benzodiazepin ultra short-acting
2. Benzodiazepin short-acting, dengan
waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya triazolam, zolpidem dan
zopiclone.
3. Benzodiazepin intermediate-acting,
dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk didalamnya estazolam dan
temazepam.
4. Benzodiazepin long-acting, dengan
waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya flurazepam, diazepam
dan quazepam.
Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet,
injeksi dan gel rectal, dalamberbagai dosis sediaan. Beberapa nama dagang
diazepam dipasaran yaitu Stesolid®,Valium®,
Validex® dan Valisanbe®, untuk sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron®dan
Danalgin®, untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan
tablet.
MEKANISME KERJA
Bekerja pada
sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuronGABA. Reseptor
Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatanyang
tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan
dalam otak kecil. Pada reseptor ini,
benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggiantara
aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat
ikatan.Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap
reseptornya akanmeningkat, dan dengan ini
kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA,saluran ion
klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir
masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi selbersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk
dirangsang berkurang.
PROFIL
FARMAKOKINETIKA
·
t½ :
Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam. Tergantung pada variasi subyek.
t½meningkat pada mereka yang lanjut usia dan bayi neonatus serta penderita
gangguanliver. Perbedaan jenis kelamin juga harus dipertimbangkan.
·
Volume
Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5 mL/menit/Kg. Juga meningkatpada mereka
yang lanjut usia.
·
Waktu untuk mencapai plasma puncak : 0,5– 2 jam.
·
Distribusi
dalam Darah : Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 danDMDZ 1,7.Ikatan
Protein : Diazepam 98-99% dan DMDZ 97%. Didistribusi secaraluas. Menembus sawar
darah otak. Menembus plasenta dan memasuki ASI.
·
Jalur
metabolisme : Oksidasi
·
Dimetabolisme
terutama oleh hati. Beberapa produk metabolismenya bersifat aktif sebagai depresan SSP.
·
Metabolit
klinis yang signifikan : Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam & oksazepam.
PENGGUNAAN TERAPI
Indikasi
Diazepam
digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yangberlebihan,
diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat
menyerangsecara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol.
diazepam juga dapatdigunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit
neurologi. dizepam digunakansebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan
dengan obat lain.
Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas
2. Sensitivitas silang dengan
benzodiazepin lain
3. Pasien koma
4.
Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5. Nyeri berat tak terkendali
6. Glaukoma sudut sempit
7. Kehamilan atau laktasi
8. Diketahui intoleran terhadap alkohol
atau glikol propilena (hanya injeksi)
EFEK SAMPING
& PERHATIAN
Efek Samping
Sebagaimana
obat, selain memiliki efek yang menguntungkan diazepam jugamemiliki efek
samping yang perlu diperhatikan dengan seksama. Efek samping diazepammemiliki
tiga kategori efek samping, yaitu :
1. Efek samping yang sering terjadi,
seperti : pusing, mengantuk
2. Efek samping yang jarang terjadi,
seperti : Depresi, Impaired Cognition
3. Efek samping yang jarang sekali
terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia,angioedema, behavioral
disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangankeseimbangan,
constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drugdependence,
dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue,
generalweakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial
secretions, leukopenia, libidochanges, muscle spasm, muscle weakness, nausea,
neutropenia disorder, polydipsia, pruritusof skin, seizure disorder, sialorrhea,
skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia,trombositopenia, tremors, visual
changes, vomiting, xerostomia.
Perhatian
Peringatan-peringatan
yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagaiberikut :
1. Pada ibu hamil
diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada janin. Kemampuan diazepam
untuk melalui plasenta tergantung pada derajat relativitas dariikatan protein
pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatan kehamilan dankonsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu
dan janin. Efek samping yang dapat timbulpada bayi neonatus selama
beberapa hari setelah kelahiran disebabkan oleh enzim metabolismobat yang belum
lengakp. Kompetisi antara diazepam dan bilirubin pada sisi ikatan proteindapat
menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi neonatus.
2. Sebelum menggunakan diazepam harap
kontrol pada dokter terlebih dahulu.
3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis
yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapatmembahayakan jiwa pasien
tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi distribusi, eliminasidan klirens dari
benzodiazepine.
4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum
pada saat membawa kendaraan karena obat inimenyebabkan mengantuk.
5. Pada pasien yang merokok harus
konsultasi pada dokter lebih dahulu sebelummenggunakan diazepam, karena apabila
digunakan secara bersamaan dapat menurunkanefektifitas diazepam.
6. Jangan menggunakan diazepam apabila
menderita glukoma narrowangle karena dapatmemperburuk penyakit
7. Katakan pada dokter jika memiliki
alergi.
8. Hindarkan
penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,,
miastenia gravis, dan sleep apnoea
9. Hati-hati
penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan hatiatau ginjal, pasien lanjut usia dan
lemah.
10. Diazepam tidak sesuai untuk
pengobatan psikosis kronik atau obsesional states.
OVER DOSIS
Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya
kesadaran secara cepat.Koma yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat
pada fungsi batang otak yangterganggu, pada keadaan ini pasien seperti tidur
dan dapat sadar sesaat dengan rangsanganyang cepat. Pada keadaan ini biasanya
disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curahdan irama jantung tetap
normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransibenzodiazepin terjadi
dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalamdarah
tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma.
Pada overdosis akut selama pemulihannya dapat terjadi
ansietas dan insomnia, yang dapat berkembang menjadiwithdrawal syndrome (gangguan
mental akibat penghentian penggunaan zat psikoaktif),dapat pula diikuti dengan
kejang yang hebat, ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnyamenjadi pemakai
kronik. Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan
denganpenggunaan benzodiazepin. 891 kasus
dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiridan 591 kasus lainnya
over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol.Perbandingan tingkat
kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama,
untuk menghitung indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada
individu yang overdosisbenzodiazepin memberikan kesan keracunan yang relatif
berbeda. sStudi terakhir dari 303kasus
keracunan benzodiazepin didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai
keracunanakibat overdosis benzodiazepin yang relatif aman.
Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara umum
dengan monitoringpernafasan dan tekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama
1 jam) bila pasien tetapsadar.
Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila pasien
dalamkeadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan
lambung, pemberianarang aktif (carbo adsorben) untuk mereduksi absorbsi.
Flumazenil, merupakan antagonisspesifik reseptor benzodiazepine, diindikasikan
untuk penanganan parsial atau menyeluruhpada efek sedative benzodiazepine dan
digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine.
TOKSISITAS
Efek toksis
dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisi
fatalyang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi
dapat terjadibila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.LD50 oral
dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus.Pemberian
intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari
keenamsetelah pemberian pada hewan coba, monyet.
III. JALUR METABOLISME DIAZEPAM
Diazepam
diabsorbsi dengan cepat dan lengkap setelah pemberian per oral dan
puncak konsentrasi dalam plasmanya dicapai pada menit ke- 15-90 pada orang
dewasa dan menit ke-30 pada anak-anak.
Bioavailabilitas obat dalam bentuk sediaan tablet adalah 100 %. Ranget½
diazepam antara 20 sampai 100 jam dengan rata-rata t½ nya adalah 30 jam.
Metabolismeutama diazepam berada di hepar, menghasilkan tiga metabolit aktif.
Enzim utama yangdigunakan dalam metabolismenya adalah CYP2C19 dan
CYP3A4.N-Desmetildiazepam ( nordiazepam ) merupakan salah satu dari metabolit
diazepamyang memiliki efek farmakologis yang sama dengan diazepam, yang
memiliki t ½ yang lebihpanjang daripada diazepam, yaitu antara 30-200 jam.
Ketika diazepam dimetabolisme olehenzim CYP2C19, diazepam berubah menjadi
nordiazepam dan terjadi proses N-dealkilasi.Pada fase eliminasi baik pada
terapi dosis tunggal maupun multi dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam
plasma lebih tinggi daripada diazepam itu sendiri.
N-Desmetildiazepam diubah menjadi Oxazepam dengan
bantuan enzim CYP3A4, Oxazepammerupakan suatu metabolit aktif yang dieliminasi
dari tubuh dengan proses glukoronidase.Oxazepam memiliki t ½ antara 5-15
jam.Metabolit yang ketiga adalah Temazepam dengan perkiraan t ½ antara 10-20
jam.Temazepam dimetabolisme dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP3A5 dan mengalamikonjugasi
dengan asam glukoronat sebelum dieliminasi dari tubuh. Diazepam secara
cepatterdistribusi dalam tubuh karena bersifat lipid-soluble, sehingga volume
distribusinya 1,1L/kg, dengan tingkat pengikatan pada albymin dalam plasma
sebesar 98%-99%.Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat menerobos
barier plasenta, karenaitu sebaiknya tidak digunakan/diberikan untuk ibu hamil
dan menyusui. Didalam tubuhembrio, bahan metabolit tersebut berpotensi
menginhibisi neuron, meningkatkan pH didalamsel, sehingga dapat bersifat
toksik. Dengan terinhibisinya neuron, maka akan terjadi gangguanpada proses
pentransferan neurotransmitter untuk hormon-hormone pertumbuhan,senhingga akan mengakibatkan pertumbuhan emmbrio
yang lambat. Dengan pH sel yangtinggi, akan mengakibatkan sel tidak
dapat tereksitasi, sehingga kerja hormon pertumbuhanmenjadi terganggu. Pada
trimester pertama kehamilan, masa-masa tersebut merupakanperiode kritis pada
kehamilan, sehingga dengan adanya bahan/zat teratogen yang bersifat toksik
sedikit saja dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat
menimbulkankematian pada janin.
Efek samping ringan dari diazepam dapat terjadi pada
konsentrasi plasma yangmencapai 50-100
µg/L, tetapi efek samping ini juga tergantung pada sensitivitas tiapindividu.
Efek anxiolitik terlihat pada penggunaan jangka panjang (long-term) dengan konsentrasi
300-400 µg/L. Diazepam tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yangpanjang (
tidak boleh lebih dari 3 bulan ), karena akan berakibat buruk bagi tubuh konsumen.Hal
ini dapat disebabkan oleh t ½ diazepam yang panjang, ditambah dengan t ½
N-Desmetildiazepam yang lebih panjang, yitu 2x t ½ diazepam. Dengan kata lain,
setelahkonsentrasi diazepam dalam tubuh habis untuk menghasilkan efek,
metabolit diazepam masihdapat memberikan efek terapeutik sebesar 2x efek yang
dihasilkan oleh diazepam, efek inididapatkan dari N-Desmetildiazepam. Efek
metabolit yang sangat besar ini diperkuat denganpersentase metabolit yang
terikat protein dalam plasma adalah 97%, lebih kecil daripadaprosentase
diazepam yang terikat protein plasma yaitu 98% - 99%. Oleh karena itupenggunaan
diazepam dalam jangka waktu yang panjang untuk terpai pengobatan harusekstra
hati-hati, dengan ikut mempertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan
olehmetabolit aktif diazepam, untuk itu mmungkin perlu dilakukan control
terhadap konsentrasidiazepam dan metabolitnya dalam plasma di dalam tubuh.
Misal bahan berbahaya diprakirakan sudah terabsorpsi sempurna, makatindakan
penghambatan absorpsi sudah tidak diperlukan. Dalam hal ini, mungkin
yangdiperlukan penghambatan distribusi atau peningkatan eliminasinya.
Masalahnya sekarang,bagaimana tata cara pelaksanaan masing-masing strategi
tersebut (Donatus, 1997). Ketiga strategi dasar terapi antidot tersebut dapat
dikerjakan dengan metode yang tak khasatau
metode yang khas. Dimaksud dengan metode tak khas ialah metode umum yang dapatditerapkan
terhadap sebagian besar zat beracun. Metode khas ialah metode yang
hanyadigunakan bila zat beracunnya telah tersidik jati dirinya serta zat
antidotnya tersedia(Donatus, 1997)
(Loomis,
1996)
Kurva 11.1A diatas mengandung bagian
yang diarsir yang menunjukkan daerahdimana hubungan waktu-intensitas efek
toksik dari bahan kimia yang termanifestasi padahewan. Terapi antidot ditujukan
untuk mengurangi area yang diarsir dalam kurva tesebut, ada3 jalan untuk
menyelesaikannya :
1. Mengurangi kemiringan kurva yang
menanjak naik (gambar 11.1B), salah satucaranya
adalah dengan penghambatan absorbsi.
2. Menaikkan kemiringan kurva yang
turun, atau menggeser kurva yang menurun kearah kiri (gambar 11.1C), salah satu
caranya adalah induksi eliminasi.
3. Menaikkna nilai ambang toksik dimana
efek toksik termanifestasi (11.1D).
·
Penghambatan Absorbsi
a. Pemuntahan
1. Mekanik: menyentuh langit- langit
mulut dengan jari, pakai pensil yangujungnya diberi kain.
2. Kimiawi: dengan sirup ipekak, susu
kental manis diminum tanpa diencerkan,gula pasir dibuat larutan pekat, minyak
ikan, larutan garam dapur dibuat pekat
b. Bilas lambung
Dengan alat yang terdiri dari 2 selang untuk memasukan
dan membuang cairanyang ada dilambung, agar tidak masuk paru biasanya
dilindungi dengan NGT(Nasal Gastric Tube), cairan yang digunakan adalah aqua
biasa atau Natriumfisiologis, tidak boleh dengan air panas ataupun air dingin.
Air dingin akanmenyebabkan hipotermia. Tetapi dengan air dingin dapat dilakukan
bila pasienmengalami luka lambung yang mengeluarkan darah, diharapkan dengan
air dingindapat membekukan darah, tetapi
resikonya darah akan menggumpal sehingga akanmenutupiu selang. Bilas
lambung tidak bermanfaat bila waktu keracunan sudahlebih dari 2 jam.
·
Penghambatan Distribusi
a.
Pemberian
infuse albumin/ Untuk penambahan protein plasma sehingga obat akan terikat pada
albumin danmenjadi makromolekul sehingga tidak dapat masuk ke membran sel maka akandibuang.
b. Pengubahan pH pada tempat distribusi.
Tergantung obat yang masuk asam lemah atau
basa lemah. Kalau obat bersifatasam lemah maka dilakukan pengubahan
distribusi menjadi basa. Untuk membuatsuasana darah menjadi basa dengan natrium
bicarbonat, tidak boleh dengan basakuat. Na bicarbonate dapat berupa serbuk
atau infuse bicarbonate.
·
Percepatan Eliminasi
Pergeseran kurva eliminasi ke arah
kiri. Prinsipnya: Merangsang percepatan proses eliminasi (metabolisme dan
ekskresi).Dapat dilakukan dengan cara:
a. Hemodialisis (dilakukan di rumah
b. sakit)
c. Dialisis peritoneal (dilakukan di
rumah sakit)
d. Penyesuaian pH
e. Diuresis paksa
f. Pemberian induktor / inhibitor enzim
(tergantung prediksi sifat metabolitnya)
g. Induktor Cyt-P450: Phenobarbital.
Inhibitornya: curcumin atau simetidin
·
Penaikkan ambang toksik
Prinsipnya: memperbaiki kondisi
tubuh dan daya tahan pasien. Dapat dilakukandengan
cara:
a. Pemeliharaan oksigen darah (bantuan
pernafasan)
b. Pemeliharaan sirkulasi darah
c. Pemeliharaan sirkulasi elektrolit
dengan pemberian infuse kristaloid
d. Pemeliharaan fungsi organ
·
Suportif
Adalah cara untuk memperbaiki
kondisi pasien dan merupakan penanganan pertamapada pasien yang keracunan. Digunakan untuk menaikkan KTM. Sesungguhnya
KTMbersifat tetap tetapi dalam hal ini yang dimaksudkan adalah menaikkan
daya tahan tubuhpasien sehingga fungsi-fungsi pertahanan dalam dirinya mampu
mengatasi dampak buruk dari efek toksik tersebut. Inilah strategi yang
dapat digunakan untuk semua kasuskeracunan, pada waktu apa pun.
a. Oksigenasi = bantuan pernafasan.
Dapat dilakukan pernafasan buatan mekanis ataudengan
alat.
b. Pemberian infuse elektrolit untuk
melawan dehidrasi dan hipotensi dengan pemberianinfuse kristaloid
c. Pemeliharaan sirkulasi darahSegala
sesuatu yang mengganggu pernafasan dan sirkulasi darah di lepaskan.
SepertiMengendorkan ikat pinggang, melepas sepatu dan kaos kaki, melepas jam
tangan ,merapikan rambut yang menutupi wajah dll.
d. Stimulant untuk melawan lemas
e. Pemeliharaan fungsi organ
Strategi Terapi Antidotum
Untuk
menurunkan jumlah zat kimia dalam sel target, dapatdilakukan dengan cara
menghambat absorbsi dan distribusi serta mempercepat metabolismedan ekskresi.
Penghambatan absorbsi dapat dilakukan
dengan cara pemberian emetik / dimuntahkan, bilas lambung atau
pemberian absorben. Percepatan eliminasi dapatdilakukan
dengan cara diuresis paksa, hemodialisa, pengasaman atau pembasaan urin. Untuk
meningkatkan nilai KTM, dapat dilakukan dengan pemberian
antidotumkhusus/spesifik, ex: pemberian Na sufat untuk keracunan sianida, kelat
untuk keracunanlogam dan nalokson untuk keracunan opiat. Terapi antidotum
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Terapi Non Spesifik
Terapi ini terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Menghambat absorbsi zat racun, dapat
dilakukan dengan cara mencuci kulityang terkontainasi oleh zat racun dalam
lambung dan memberiakn pencahar,, ataudapat juga dilakukan dengan pemberian
arang aktif, mengeluarkan racun darilambung (bilas lambung), dan pemberian
katartik (pencahar).
b. Mempercepat eliminasi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan ekskresi(pengasaman
atau pembasaan urin dan diuresis paksa)
2. Terapi Spesifik Terapi ini
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Antidotum yang bekerja secara
kimiawi
·
Zat-zat
pembentuk kelat, seperti dimercaprol (BAL), EDTA, penisilamin
(cuprin),deferoksamin, trientin (cuprid)
·
Fab Fragmen, yaitu suatu
antibodi monoklonal yang dapat mengikat digoksin danmempercepat ekskresinya
melalui filtrasi glomerulus.
·
Dikobaledetat
dan Hidrokobalamin4.) Detoksifikasi enzimatik, seperti etanol, atropin dan
pralidoksim, N-asetilsistein danmetionin
b. Antidotum yang bekerja secara
farmakologi
·
Nalokson
hidroklorida
·
Flumazamil
·
Oksigenc.
c. Antidotum yang bekerja sebagai
antagonis fungsional, ex : diazepam
Keracunan melalui oral:
Bila obat
ditelan dapat dilakukan 3 hal, yaitu:
1. Induksi muntah. Hal ini dapat
dilakukan jika penderita sadar, dengan cara mengorek dinding faring bagian
belakang dengan spatel atau dengan pemberian apomorfin 5-8 mg
subkutan.Pemberian larutan garam dapur atau induksi muntah tidak begitu baik
karenakemungkinan terjadi absorpsi garam yang berlebihan. Mustard dapat
diberikan 2 sendok makan dalam segelas air hangat.
2. Bilasan lambun. Hal ini dianggap
lebih berguna bila digunakan pipet karet dengan diameter besar (30english
gauge jacques tube) untuk
memungkinkan pengeluaran tablet yang belum hancur. Tindakan ini juga harus
dilakukan pada penderita sadar. Cara yang baik untuk mengerjakannya adalah
dalam posisi miring kekiri, kepala lebih rendah untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi kedalam paru. Pada umumnya prosedur ini dapatdilakukan
bila obat ditelan belum lebih dari 4 jam, kecuali untuk salisilat atau obatlain
yang dapat memperpanjang waktu pengosongan lambung. Cairan yang biasadigunakan
adalah air hangat,tetapi dalam beberapa keadaan bisa digunakan larutanlain
misalnya, untuk sianida dan pemutih pakaian dapat diberikan larutan
kaliumpermanganat (KmnO4).
Kontraindikasi bilasan lambung ialah:
a. Penderita koma
b. Keracunan zat korosif
c. Keracunan minyak tanah
3. Pemberian
pencahar. Hal ini
memungkinkan pergerakan isi usus lebih cepat sehingga waktu absorpsiberkurang.
4. Adsorpsi dengan zat kimia. Zat
pengadsorpsi yang banyak tersedia di apotek dan aktif mengikat zat kimia
adalahnorit aktif (activated charcoal). Norit aktif juga dapat menurunkan
sirkulasienterohepatik obat-obat dan mempercepat difusi zat kimia dari tubuh
kesaluran cerna.Norit aktif dapt diberikan segera setelah pengosongan lambung,
yang akan mengikatsisa-sisa racun yang masih tertinggal dalam saluran cerna.
Bubuk norit aktif dapatdiberikan secara oral atau melalui nasogastric tube(bila
penderita tidak sadar). Noritaktif tidak boleh diberikan bersamaan dengan
ipekak. Norit aktif inimemberikan rasayang tidak enak. Antidotum universal
(Mg-Oksid, asam tanat, norit) mempunyai efek absorpsi lemah dan tidak
dapat menggantikan norit aktif. Bila norit aktif tidak efektif mengikat racun,
untuk mengurangi toksisitasnya dapt digunakan zat lain sepertitepung kanji
(starch) atau tepung lain untuk keracunan larutan iodium dan zat lainyang
bersifat korosif.
5. Inaktivasi secara kimia. Keracunan
dengan formaldehid dapt diobati dengan amonia yang akan mengubahnya menjadi
heksametil tetramin. Natrium formaldehid sulfoksinat dapat mengkonversi ion merkuri
menjadi logam Hg yang tidak larut. Na bikarbonat dapat mengkonversi Ferri
menjadi Ferro-karbonat yang sukar diserap. Cara ini jarang digunakan karena reaksinya
lambat sehingga dapat menghilangkan waktu yang paling berharga dalam pengobatan.
cara lebih cepat dan lebih efektif ailah denga pemberian emetik dan bilasan
lambung.
V.ANALISIS KASUS
Kasus diatas
dapat dianalisis dengan menggunakan asas umum toksikologi :
1. Kondisi efek toksik
Termasuk
dalam kondisi efek toksik ialah kondisi pemejanan yang meliputi jenis pemejanan
(akut, sub akut atau kronis), jalur pemejanan (intravaskuler atau
ekstravaskuler), lama pemejanan dan
kekerapan pemejanan, saat pemejanan dan takaran atau dosis pemejanan.
Selain itu termasuk pula dalam kondisi efek toksik ialah kondisi subyek atau makhluk
hidup, meliputi keadaan fisiologi (misalnya : berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan
pengosongan lambung, kecepatan aliran darah, status gizi, kehamilan,
genetika, jenis kelamin, ritme sirkadian, ritme diurnal, dan keadaan
patologi misalnya : penyakitsaluran cerna, kardiovaskular, hati dan ginjal)
berbagai macam kondisi itu, akan mempengaruhi ketersediaan zat beracun atau
metabolitnya di dalam sel sasaran atau keefektifan antar aksinya, dengan sel
sasaran. Dengan cara demikian akan menentukan ketoksikan sesuatu zat beracun.
Jadi jelaslah bahwa ketoksikan zat beracun, salah oleh
kondisi efek toksiknya (Donatus, 1990). Cara suatu racun masuk ke dalam tubuh
disebut rute pemaparan atau rute absorpsi. Jumlah racun yang mencapai kealiran
darah selama waktu tertentu tergantung dari rute absorpsinya.
Dalam kasus ini
Kondisi pemejanan : akut
Jalur pemejanan : Ekstravaskuler (per oral)
Frekuensi pemejanan : 1 kali
Keadaan patologi : penyakit hati yang diderita Maimunah
2. Mekanisme aksi efek toksik
Ketika kita
kontak dengan racun, maka kita disebut terpejani racun. Efek dari suatu pemejanan,
sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa banyak racun yang masuk
dalam tubuh, sebagian lagi tergantung pada berapa banyak racun dalam tubuh
yangdapat dikeluarkan. Selama waktu tertentu pemejanan dapat terjadi hanya
sekali atau beberapa kali. Pada dasarnya setelah zat beracun masuk ke dalam
tubuh, suatu ketika dapat terdistribusi ke dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
Berdasarkan atas sifat dan tempat kejadiannya, mekanisme aksi toksik zat kimia
dibagi menjadi dua, yakni mekanisme luka intrasel dan ekstrasel (Donatus,
1990). Mekanisme luke intrasel adalah luka sel yang diawali oleh aksi racun
pada tempat aksinya di dalam sel. Mekanisme ini seringkali disebut mekanisme langsung
atau primer. Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung. Racun
beraksidi lingkungan luar sel. Karenanya juga disebut mekanisme tak langsung
atau sekunder, yang tempat kejadian awalnya di lingkungan ekstrasel.
Diazepam
mempengaruhi neurotransmiter. Dalam kasus ini gejala mual, muntah, pusing dan lemas
(pelemahan fungsi motorik), keluar keringat berlebihan yang dialami merupakan manifestasi
efek langsung karena berhungan dengan sistem saraf pusat.
3. Wujud efek toksik
Beberapa
racun diubah oleh tubuh menjadi zat-zat kimia yang lain, yang disebut metabolit
dan kemungkinan dapat bersifat kurang beracun atau malah lebih beracun
darisenyawa aslinya. Metabolit lebih mudah dikeluarkan dari tubuh daripada
senyawa aslinya. Perubahan racun menjadi metabolit sebagian besar terjadi di
hati. Pada dasarnya merupakanperubahan biokimia, fungsional, dan struktural,
namun tidak berarti bahwa efek toksik zatberacun sepenuhnya dapat terpisah
dengan tegas kedalam tiga jenis wujud dasar efek toksik itu (Donatus,
1990).
Jenis efek
toksik berdasarkan perubahan fungsional meliputi jenis wujud efek
toksik yang berkaitan dengan antaraksi zat beracun dengan reseptor
atautempat aktif enzim yang sifatnya terbalikkan sehingga dapat mempengaruhi
fungsi homeostasis tertentu. Termasuk dalam jenis wujud efek toksik ini
diantaranya anoksia, gangguan pernafasan, gangguan sistemsaraf, hiper atau hipotensi,
hiper atau hipoglikemia, perubahan keseimbangan cairan atauelektrolit,
perubahan kontraksi atau relaksasi otot atau hipo/hiperemi. Hal tersebut dapat terjadi
karena hambatan enzim yang secara normal bertanggung jawab terhadap penawar keracunan
neurotransmitter itu (Donatus, 1990).
Dalam kasus
ini wujud efek toksik dari keracunan diazepam contohnya berupa kerusakan fungsional
seperti pelemahan fungsi motorik sehingga menyebabkan lemas.
4. Sifat efek toksik
Pada
dasarnya hanya terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yakni
terbalikkan atau tak terbalikkan. Ciri khas dari wujud efek toksik yang
terbalikkan yaitu : (1) bila kada rracun yang ada pada tempat aksi atau
reseptor tertentu telah habis, maka reseptor tersebutakan kembali ke kedudukan semula (2) efek toksik yang ditimbulkan akan
cepat kembali normal, dan (3) ketoksikan racun bergantung pada takaran
serta kecepatan absorpsi,distribusi, dan eliminasi racunnya. Ciri khas dari
wujud efek toksik yang tak terbalikkan yaitu: (1) kerusakan yang terjadi
sifatnya menetap (2) pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan
kerusakan yang sifatnya sama sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan efek
toksik dan (3) pemejanan dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang
akan menimbulkan efek toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh
pemejanan racun dengan takaran besar dalam jangka pendek (Donatus, 1990). Racun
yang tidak berubah (masih dalam bentuk utuhnya) maupun bentuk metabolitnya
biasanya dikeluarkan melalu iurin, feses, atau keringat, atau udara yang
dihembuskan saat bernafas. Mekanisme perubahan racun dari darah ke urin terjadi
di ginjal dan mekanisme perubahan racun dari darah ke gas yang dihembuskan saat
bernafas terjadi di paru-paru. Racun yang terdapat di feses mungkin melewati
usus tanpa diabsorpsi oleh pembuluh darah yang ada diusus atau jika diabsorpsi maka
akan dikembalikan lagi ke usus.Sifat efek toksik dari diazepam adalah
reversibel, karena memenuhi syarat seperti diatas.
Agen yang bertanggung jawab terhadap
efek toksik yang
dialami Maimunah adalah senyawa induk ( parent
compound) dari diazepam, karena gangguan
hati maka tubuh gagalmemetabolisme diazepam sehingga kadarnya dalam
darah mencapai kadar minimum toksik (MTC) sehingga menimbulkan
gejala-gejala toksik. Meskipun diazepam memiliki metabolitaktif namun yang
berperan terhadap gejala toksik dalam kasus ini adalah senyawa induknya.
Kisaran Waktu Terapi (KWT) dalam kasus ini adalah 10 jam,
dimana KWT merupakan waktu antara terjadinya pemejanan dengan waktu dimana korban
siap diterapi. KWT ini menentukan srategi antidot yang paling efektif
digunakan, berdasarkan profil farmakokinetika obat.
Faktor patologis: Maimunah menderita suatu penyakit
hati. Ikatan protein benzodiazepine (termasuk diazepam) berhubungan dengan
tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki
ikatan dengan protein plasma yang kuat. Sehingga padapasien dengan konsentrasi
protein plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis hepatis (salahsatu penyakit
hati), akan meningkatkan efek samping dari diazepam.
VI.
PENYELESAIAN
Strategi terapi antidot mana yang akan diambil,
sepenuhnya bergantung pada pengetahuanatau informasi tentang rentang waktu
antara saat pemejanan bahan berbahaya, saat timbulnyagejala-gejala toksik, dan saat
penderita siap menjalankan terapi, karena pengetahuan inidiperlukan untuuk
memprakirakan dominasi tahapan nasib bahan berbahaya di dalam tubuh.
Profil kinetika diazepam : fa = 80%, t ½ absorbsi = 45
menit dan t ½ eliminasi = 3-4 jam.
Kisaran Waktu Terapi adalah 10 jam, diasumsikan pada
45 menit pertama kadar obat telah mencapai puncak, kemudian 4 jam pertama obat
tereliminasi sebanyak 50%, 4 jam kedua obat tereliminasi sebanyak 75%,
sedangkan sisa 1 jam lagi maka obat aka tereliminasi sekitar78,125%. Pada
pasien dengan fungsi hati normal berlaku demikian, namun pasien dengangangguan
fungsi hati seperti Maimunah kemungkinan besar memetabolisme dan mengekskresikan
obat tersebut lebih lambat dari orang normal. Meskipun begitu, terapi penghambatan
absorbsi sudah tidak diperlukan lagi dalam kasus ini karena dalam waktu
10 jam obat telah terabsorbsi sempurna. Pilihan yang masih tersisa adalah
penghambatan distribusi dan mempercepat eliminasi. Distribusi memang mungkin
masih terjadi, namuneliminasi lebih dominan. Strategi efektif yang dipilih
adalah penghambatan eliminasi, denganinjeksi fenobarbital atau dialisis.
Injeksi Fenobarbital.
Fenobarbital merupakan induktor enzim sitokrom P-450
yangberperan besar dalam metabolisme senyawa xenobiotik pada hati. Apabila
enzim ini dipacu maka metabolisme akan terjadi lebih cepat. Sama halnya dengan
intiksokasi barbiturat, jikaenzim ini dipacu maka akan terbentuk metabolit
diazepam lebih banyak, dengan demikianakan mengurangi kadar senyawa aktif
diazepam dalam darah. Namun metabolit aktif daridiazepam pun masih memiliki
aktivitas yang sama dengan diazepam dan ada kemungkinan masih menimbulkan efek
toksik yang lain, disamping efeknya yang sudah jelas yaitumemperpanjang masa
kerja diazepam. Hal ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan kelainanhati
seperti Maimunah yang akan memperberat kerja hatinya.
Dialisis
Metode yang dapat dipakai pada
kasus keracunan barbiturat, meskipun dengan segala keterbatasannya. Metode ini dipandang lebih
efektif dalam kasus penangan Maimunah,karena dapat mengeluarkan sebagian besar
diazepam dari tubuh. Dengan demikian kadardiazepam dalam darah dapat dikurangi
sampai konsentrasi dimana tidak menimbulkan efek toksik, dan kerja hati
tidak diperberat karena sudah tidak perlu lagi memetabolisme diazepam.
Terapi suportif
Tetap perlu dilakukan sebagai penanganan pertama
terhadap gejala-gejalayang nampak pada Maimunah, untuk memperbaiki kondisi
pasien, setelah itu baru dilakukanterpai antidot yaitu dengan dialisis
VII.
KESIMPULAN
Terapi antidot yang paling
sesuai pada kasus keracunan diazepam pada Maimunah yangmengalami gangguan fungsi hati
dengan waktu kisaran terapi 10 jam adalah dialisis(pemercepat eliminasi) dan
terapi suportif.
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2000, Informatorium
Obat Nasional Indonesia, 128-131, 153, Depkes RI, Jakarta.
Donatus,
Imono Argo,2005,Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Bagian Farmakologi dan Famasi Klinik
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Ernst
Mutschler, 1986, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi (terjemahan), ITB, Bandung.
Loomis, Ted.A
& Hayes, A.Wallace, 1996, Loomis’s Essential of
Toxicology 4th Edition, Academic Press, California
KASUS II
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa
kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang
dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida
ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisIda yang paling benyak digunakan
dalam pertanian :
1.
Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2.
Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )
Yang
paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus
meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan
dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya
adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal
(intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran makanan,namun tidak
berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam
IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion, diazinon, Basudin, Paraoxon dan
lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan karbamate. Salah satu
contoh golongan karbamate adalah baygon.
1. Patogenesis
IFO bekerja dengan cara
menghabat (inaktivasi) enzim asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam
keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan
jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun
lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan
terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala
gejal;a ransangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik,
nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO ,ikatan Ikatan
IFO-KhE bersifat menetap (ireversibel),sedangkan keracunan carbamate
ikatan ini bersifat sementara (reversible). Secara farmakologis efek Akh
dapat dibagi 3 golongan :
a. Muskarini,terutama pada saluran
pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.
b. Nikotinik,terutama pada otot-otot
skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.
c. SSP, menimbulkan nyeri
kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi ) sampai koma.
2. Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan
visus, hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat dan ggn saluran pencernaan,serta
kesukaran bernafas.
a. Gejala ringan meliputi : Anoreksia,
nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil
miosis.
b. Keracunan sedang : nausea,
muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi
otot dan bradikardi.
c. Keracunan berat : diare, pupil
pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru
.inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meningal.
3. Pemeriksaan.
1. Laboratorik.
Pengukuran
kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis
keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal).
Kercunan
akut : Ringan :
40 - 70 %
Sedang :
20 - 40 %
Berat
: < 20 %
Keracunan kronik bila kadar KhE
menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan
insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi
kadar KhE telah meningkat > 75 % N
2. Patologi Anatomi ( PA ).
Pada keracunan akut, hasil
pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya ditemukan edema paru, dilatsi
kapiler, hiperemi paru, otak dan organ-oragan lainnya.
4. Penatalaksanaan
a. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit
.,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari
obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas
berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat
akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan
meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3.
Eliminasi.
a. Emesis, merangsang penderita supaya
muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac
15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
b. Katarsis,( intestinal lavage ),
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
c. Kumbah lambung atau gastric lavage,
pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak
kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan.
d. Keramas rambut dan memandikan
seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, katarsis dan kumbah lambung
sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma
derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan
bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4.
Anti dotum.
Atropin sulfat (SA) bekerja
dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV
1-2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg
setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris
dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang
setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal
setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect
berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
Terapi
antidotum lain yang dapat dilakukan adalah adsorpsi dengan zat kimia. Zat
pengadsorpsi yang banyak tersedia di apotek dan aktif mengikat zat kimia
adalahnorit aktif (activated charcoal). Norit aktif juga dapat menurunkan
sirkulasienterohepatik obat-obat dan mempercepat difusi zat kimia dari tubuh
kesaluran cerna. Norit aktif dapt diberikan segera setelah pengosongan lambung,
yang akan mengikatsisa-sisa racun yang masih tertinggal dalam saluran cerna.
Bubuk norit aktif dapatdiberikan secara oral atau melalui nasogastric tube (bila
penderita tidak sadar). Noritaktif tidak boleh diberikan bersamaan dengan
ipekak. Norit aktif inimemberikan rasayang tidak enak. Antidotum universal
(Mg-Oksid, asam tanat, norit) mempunyai efek absorpsi lemah dan tidak
dapat menggantikan norit aktif. Bila norit aktif tidak efektif mengikat
racun, untuk mengurangi toksisitasnya dapt digunakan zat lain seperti tepung
kanji (starch) atau tepung lain untuk keracunan larutan iodium dan zat lainyang
bersifat korosif.
DAFTAR PUSTAKA
Emerton, D M ( 1989 )
Principle And Practise Of nursing , University of
Quennsland Press, Australia.
Departemen kesehatan
RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup lanjut (
Advanced Life Support ) Jakarta.
La/UPF Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman Diagnosis dan Terapi,
Surabaya.
Phipps , ect, (
1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical
Pratise, Mosby Year Book, Toronto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar